. azhnyieta khairunnisa: mengapa malu untuk berjilbab??
♥●•٠·˙ selaamat Datang... di blog ini, mari kita belajar bersama tentang segala hal yang bermanfaat... untuk memjadi lebih baik..˙·٠•●♥

Sabtu, 19 Maret 2011

mengapa malu untuk berjilbab??


Kisah tragis yang dialami Marwa Al-Sharbini hanyalah merupakan satu contoh kecil terhadap serangan jilbab. Masih banyak bentu-bentuk serangan terhadap jilbab dari luar maupun dalam yang belum terungkap, diantaranya seperti apa yang akan dipaparkan pada tulisan berikut:

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda:

“Kelak umat-umat lain akan mengerumuni kalian, sebagaimana makanan  yang dikerumuni di seputar tempat hidangan."

Saat ini kita melihat secara kasat mata, bagaimana statement permusuhan yang dilontarkan secara terbuka oleh bangsa-bangsa lain yang merupakan bagian dari golongan syaithan yang menyesatkan, baik dari jenis jin maupun manusia di belahan bumi bagian timur dan barat. Manusia-manusia yang mendukung mereka menganggap bahwa mereka masih bagian dari kaum muslimin, sementara mereka memproklamirkan secara terang-terangan untuk memerangi Islam dan kaum muslimin. Setiap hari kita mendapati mereka sedang mengarahkan panah-panah beracun mereka kepada umat Islam.

Hal yang lebih mengejutkan lagi aneh bagi kita, Menteri Kebudayaan Mesir melontarkan pernyataannya :
“Sesungguhnya hijab (pakaian jilbab yang menutupi seluruh aurat wanita, pent.) itu merupakan langkah kemunduran (budaya) … !!!”

Ini merupakan pernyataan seorang mentri sebuah negara arab terbesar yang menjadi contoh kebudayaan di kebanyakan negara-negara muslim.

(Terbukti) benar, sesungguhnya kecemburuan dan kedengkian mereka semakin bertambah saat menyaksikan wanita muslimah yang menjaga kesucian diri mereka di zaman yang penuh fitnah, ia memelihara hijabnya yang telah diwajibkan oleh Allah dari tujuh lapis langit kepadanya, dan memegang teguh nilai-nilai agamanya yang lurus (al-hanif).

Kami mendapati mereka sebagai komplotan konspirasi … (dimana) gerak mereka tidak pernah berhenti dan mata mereka tidak pernah terpejam, hingga terealisasinya (target) mereka melucuti hijab yang suci lagi santun dari (tubuh) wanita muslimah.

Kenapa bisa semua kedengkian ini terhujam (dalam hati kalian)? Bukankah kalian mengklaim bahwa kalian merupakan penggiat-penggiat demokrasi? Lalu kenapa kalian biasa melakukan kesewenangan dengan merendahkan (martabat) kaum wanita muslimah? Dan kenapa peperangan terbuka terhadap hijab ini (bisa terjadi)?

Saudariku seagama … Wahai orang-orang yang hina dan telah “merdeka” dari urgensi hijab yang dikenakannya … Aku kira bahwa komplotan konspirasi itu telah tampak jelas di hadapanmu … Ketahuilah bahwa (dengan kamu tidak berhijab) berarti kamu turut membantu musuh-musuh agama untuk mencapai tujuan-tujuan mereka yang tersembunyi di balik slogan “Tanpa kenakan hijab”.
Ingatlah bahwa tidak ada tempat untuk berdiri di hadapan Allah Tabarka wa Ta’ala, dan tempat kembalinya seluruh manusia akan berakhir ke liang kubur. Maka mengapa kamu tidak kembali (saja) kepada kebenaran (sejati)mu dan kepada rasa malumu, sebagaimana sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

“Malu merupakan cabang dari iman”

Mengapa kamu tidak menolong agamamu dan kembali (mengenakan) pakaian yang suci dan santun?? Pakaian hijab inilah yang menutupi auratmu dan memelihara kehormatanmu.
Saudariku yang mulia … Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

“Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang yang dipimpinnya.”

Kamu dengan perananmu, akan dimintai pertanggunjawabannya di hadapan Allah mengenai tindak tandukmu, saat engkau keluar rumah dengan tidak mengenakan hijab, berarti turut memberikan kontribusi secara langsung kepada kerusakan masyarakat dan memberikan efek buruk atasnya.
Janganlah anda menjadi orang-orang yang dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

“Dua kelompok manusia penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, (yaitu) golongan orang-orang yang membawa cemeti seperti buntut sapi, mereka memukuli manusia dengannya ... Dan kaum wanita yang berpakaian (bagaikan) telanjang, selalu melakukan kemaksiatan dan mengajarkan kemaksiatannya kepada orang lain. Kepala-kepala mereka bagaikan punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk ke dalam surga dan tidak akan mendapatkan wanginya. Padahal wangi surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.”

Saudariku yang mulia ….

komitmenmu terhadap ajaran-ajaran agamamu yang lurus dan busana hijab yang kamu kenakan ini, terbilang sebagai jihad besar di masa-masa ini, sebagaimana kita menyaksikan peperangan stigma (pencitraan buruk) terhadap hijab. Maka mengapa kamu tidak menolong agamamu? Dan memujahadahkan dirimu dari nafsu yang mengajak kepada perbuatan tercela? Dengan demikian, kamu telah menjaga kehormatanmu dan masyarakatmu dari perpecahan dan kehinaan?

Ini merupakan suatu kesempatan (berharga) bagimu wahai saudariku yang berprofesi sebagai juru dakwah (da’iyah), maka janganlah ragu untuk mengajak saudari-saudarimu yang muslimah untuk berkomitmen dengan hijab dan pakaian suci lagi santun lainnya, dengan metode targhib (motivasi) dan at-tarhib (peringatan).

Dan kamu, wahai para ayah dari kalangan muslim … Apakah kamu lupa bahwa kamu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah tentang putri-putrimu, dan Allah akan menanyaimu mengenai (keadaan) mereka. Apakah kamu tidak berpikir di hari dimana putrimu berhias saat ia keluar dari rumah, untuk siapa ia berhias?

Dan kamu, wahai para suami …

Terpikirkah olehmu, untuk siapa istrimu berhias saat ia keluar dari rumah? Apakah kamu lupa bahwa perhiasannya tidaklah layak (untuk dipamerkan) kepada pria selainmu?

Alangkah mengagumkan riwayat kisah ini …
Pada tahun 286 H, ada seorang wanita mengajukan gugatan terhadap suaminya kepada Qadhi ar-Rai, maka ia menggugat suaminya tentang mas kawin senilai 500 (lima ratus) dinar. Ia menyatakan bahwa suaminya tersebut belum memberikan mahar tersebut kepadanya. Maka sang suami membantah pernyataan itu … Lalu sang istri datang dengan membawa barang bukti yang menguatkan persaksiannya akan perkara mahar tersebut. Maka pembantu Qadhi berkata, “Kami minta agar wanita ini menyingkapkan wajahnya kepada kami, sehingga kami mnegetahui bahwa dia memang istrinya atau bukan !!!

Maka saat mereka berketatapan untuk melihat wajahnya, berkata sang suami: “Jangan kalian lakukan itu, sesungguhnya wanita itu benar mengenai apa yang diadukannya. Maka aku mengakui tentang apa yang telah digugatnya.” Demikianlah sikap sang suami sebagai upayanya menjaga (aurat) wajah sang istri yang berada dalam kondisi mendesak (adh-dharurah) diminta untuk diperlihatkan di hadapan persaksian mahkamah pengadilan.

Maka ketika sang istri melihat peristiwa tersebut, dimana suaminya telah memberikan pengakuan jujur hanya sebab untuk memelihara (aurat) wajahnya, maka ia berkata: “Dia (suaminya) telah bebas dari perkara maharku di dunia dan akhirat.”

Inilah bentuk kecemburuan yang sejatinya, dan inilah hakikat yang sudah seharusnya kita ketahui.
Wahai para orang tua, para suami, dan wanita muslimah … bertakwalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa kalian akan kembali kepada-Nya …..

Dengan sikap kamu yang menggampangkan perkara ini, berarti kamu telah turut memberikan saham dalam penyebaran perbuatan keji (al-fahisyah) di tengah orang-orang beriman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS.24:19)

Jangan dengarkan (kicauan) para “penyeru-penyeru kebebasan” sebagaimana yang mereka klaimkan. Demi Allah, sesungguhnya mereka adalah para penyeru kesesatan dan bukan kebebasan. Kebebasan bukanlah dengan tabarruj (berhias diri) dan menyebarkan kehinaan di tengah masyarakat. Sesungguhnya seluruh risalah samawi dan nilai-nilai kemanusiaan mengajak untuk menutup dan mengenakan hijab. Maka ini merupakan fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu.

Maka janganlah kalian jual akhirat kalian dengan dunia … Hidup dunia hanya sebentar … maka jadikanlah hidup di dunia sebagai (ladang) ketaatan (kepada Allah). Sedangkan jiwa itu rakus, maka ajarkanlah qana’ah kepadanya ….

Bertaubatlah kepada Allah, Yang menciptakan dan membentuk rupa kalian. Berpegang teguhlah dengan nilai-nilai agama kalian yang lurus sehingga kalian mencapai sukses di dunia dan akhirat. Jangan ikuti hawa nafsu dan (ajakan) para syaithan dari kalangan jin dan manusia yang menghendaki kalian tersesat dari jalan Allah dan dari jalan yang lurus. Maka demi Allah, sesungguhnya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat apapun kepada kalian …. Bahkan sebaliknya mereka akan mencelakakan kalian dan mereka adalah para pendusta-pendusta ulung :

“Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta..” (QS.18:05)

Sementara Allah lebih berhak untuk kalian takuti, dan tipu muslihat syaithan adalah lemah. (Thariq al-Islam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar